Cerpen: Kenapa Abangku Jadi Rebutan?
disclaimer : Cerpen ini adalah cerpen karangan aku sendiri. Sengaja tokoh cowoknya personil J-Rocks, biar kaya cerita fanfic (fans fiction). Harap maklum. :)
Gevta Anindita, gadis
cantik dan ceria yang baru lulus dari SMA Negeri di Depok mempunyai kakak
laki-laki yang sangatlah tampan, nama kakak laki-laki Gevta adalah Sony Ismail, Sony
adalah seorang mahasiswa yang kini menginjak semester 5, ia tergabung dalam
Badan Eksekutif Mahasiswa. Beberapa bulan kemudian, Gevta diterima di
Universitas ternama di Jakarta, yaitu Universitas Victorious, sebuah kampus yang dimana kakak laki-lakinya menimba ilmu.
“Wah, enggak sabar ya,
bang. Aku mau kuliah.” sahut Gevta yang sudah tak sabar ingin kuliah.
“Kamu udah gak sabar ya
mau jadi mahasiswa?” tanya Sony.
“Ya iyalah, bang.”
“Yaudah, besok kita ke
kampus, kan kamu harus ikut ospek.”
“Ospek itu apaan sih,
kak?”
“Ospek itu Orientasi
Pengenalan Kampus, jadi kamu harus patuh sama panitia ospek, maksudnya kakak senior disana ya.”
“Kakak seniornya kenapa?”
“Kakak seniornya pada
galak-galak semua, terus disitu ada yang ngelakuin perpeloncoan sama mahasiswa baru.”
“Ya ampun kasihan
banget! Aku takut sama kakak senior di kampus.”
“Loh, kok kamu takut
sama senior sih?”
Gevta masuk ke kamarnya
sembari meninggalkan Sony. Di kamarnya yang serba hitam putih, ia duduk
di atas kasur dengan ekspresi galau karena besok ia takut dirundung oleh para panitia ospek di kampus barunya.
“Aduh, jangan sampai
deh aku di-bully sama senior. Padahal kan dulu di sekolah, aku gak pernah
di-bully sama sekali.” gerutu Gevta sambil meremas gulingnya, lalu Gevta
bangkit dari kasur dan menatap cermin kamarnya sambil berbicara sendiri dengan
semangat. “Ayo, Gevta Anindita! Kamu harus bisa! Kamu harus taklukkan
kakak-kakak senior itu!”.
***
Selama perjalanan
menuju kampus pada pagi buta, Gevta yang rambutnya diikat menjadi kepang dua yang dihiasi oleh pita beda warna mengenakan kemeja putih lengan panjang dan rok panjang berwarna
hitam dan juga mengenakan peralatan ospek lainnya seperti papan nama yang
bernama “GEVTA” diantar oleh Sony dengan motor. Sampai di Universitas
Victorious, kampus mereka, Sony yang mengenakan almamater Biru memberhentikan
sepeda motor di parkir kampus. Sony dan Gevta turun dari motornya untuk menuju
gedung kampus. Lalu, cowok yang bertinggi badan 175 cm ini melepaskan helmnya.
“Ayo, cepetan, Ta,
keburu telat nih.” Sony menarik tangan Gevta menuju lingkungan kampus.
Ospek hari pertama
Universitas Victorious fakultas hukum telah dimulai, ospek ini dibuka oleh
ketua ospek yaitu Sony, kakak laki-laki Gevta. Panitia-panitia ospek yang
dipanggil kakak senior oleh mahasiswa baru tersebut diantaranya teman-teman kuliah Sony seperti Anton, Naomi dan Clara memperkenalkan diri mereka di depan mahasiswa baru. Di pikiran Gevta, ia merasa ketakutan bahwa
senior-senior di kampus itu galaknya seperti ibu kost yang mengemut sebatang rokok di film Kung Fu Hustle.
Padahal, Gevta memang tidak pernah dirundung oleh teman-temannya semasa ia masih duduk di bangku sekolah.
Gevta masuk ke kelompok
1 ospek fakultas hukum, kelompok ini diketuai oleh Anton, dan pembimbingnya
adalah Naomi dan Clara. Disana, Gevta bertemu teman semasa sekolahnya bernama
Tera, Iman, dan Wima.
“Eh, Gevta, lo kuliah
disini juga?” tanya Tera pada Gevta.
“Lo bertiga juga kuliah
disini? Aih senangnya dalam hati!!!” tanya Gevta heboh pada Tera, Iman, dan
Wima.
“Kita ketemu lagi deh
sama lo, Ta!” seru Iman.
“Yo’i!” Seru Gevta.
Gevta, Tera, Iman, dan
Wima bersorak gembira karena bertemu lagi alias reuni. Tiba-tiba,
Naomi berdehem dan menyuruh Gevta dan teman semasa sekolahnya masuk ke ruangan. Di dalam ruangan tersebut, Anton, Naomi, dan
Clara memeriksa tas dan perlengkapan ospek mahasiswa baru. Tas punggung hitam milik
Gevta diperiksa oleh Naomi, dan ia mengambil selembar foto polaroid bergambar potret diri Sony dari
tas Gevta. Clara pun ikutan melihat foto Sony yang dipegang Naomi. Gevta pun
kaget karena foto kakak kesayangannya dirampas oleh Naomi dan Clara
“Oh, jadi lo demen ya
sama Sony?” tanya Naomi sambil menggebuk meja Gevta.
“Hah? Gue demen sama Bang Sony? Hei, itu kan abang gue! Bang Sony itu benar-benar abang gue, you know!” jawab Gevta berseru
sambil bangkit dari bangkunya.
“What? Sony itu kakak lo?
Plis deh, Sony itu ayang gue jaman masuk kuliah tauk! Bukan kakak lo!”
“Dasar anak baru
kamseupay! Lo jangan dekat-dekat sama Sony lagi! Dan sekarang, Sony itu udah
milik Naomi.” cerca Clara pada Gevta.
Gevta mengembalikan
foto Sony dari tangan Naomi sambil mengambil tasnya dan meninggalkan ruang
ospek pertama dengan rasa kecewa. Anton, Naomi dan Clara panik karena salah
satu mahasiswa baru tersebut kabur dari ruangana, Anton meminta izin kepada Naomi
dan Clara untuk menyusul Gevta. Sampai di taman kampus, Gevta duduk di kursi
taman yang ditanam pohon dengan perasaan kesal karena kakak laki-lakinya direbut oleh
Naomi. Tiba-tiba, Anton datang menghampiri Gevta yang sedang duduk.
“Hei, kamu adiknya Sony
ya?” Anton menyapa Gevta dengan ramah.
“Iya, aku itu adiknya
Bang Sony!” jawab Gevta lantang.
“Kamu kenapa sih? Kamu marah ya? Ceritain dong ke aku.”
“Aku kesel banget sama
cewek itu! Masak cewek itu ngaku-ngaku pacarnya Bang Sony! Padahal kan Bang Sony
itu gak suka sama cewek itu! Dan Bang Sony udah punya cewek beberapa tahun yang
lalu.”
“Cewek yang ngaku-ngaku
pacar abangmu? Siapa? Naomi maksudmu?”
“Iya, dia itu cinta
mati sama Kak Sony! Aku tuh kesel banget cewek yang suka ngerebut cowok orang!”
Gevta mulai bangkit.
“Tunggu dulu, kamu
Gevta ya?” Anton memandang kalung papan nama Gevta.
“Iya, kok tau sih
namaku?”
“Kan dari papan nama
kamu, gimana sih!”
Tiba-tiba, Sony
memandang Gevta dan Anton sedang berbincang-bincang di taman kampus sambil menyuruh Gevta kembali ke ruangan.
“Ta, kamu dipanggil tuh
sama Naomi sama Clara, katanya kamu suruh balik ke ruangan.” kata Sony.
“Yaudah bang, ayo Bang Anton, aku dipanggil sama Kak Naomi dan Kak Clara nih.” Gevta mengajak Anton
kembali ke ruangan, Sony pun menyusul.
***
Hari kedua ospek,
seperti biasa Gevta diantar oleh Sony ke kampus dengan motor. Sampai di kampus,
Sony dan Gevta turun dari sepeda motor dan jalan menuju gedung kampus. Di
lorong kampus pada siang hari,
Naomi dan Clara mengintip Gevta dan Sony saling mengobrol, Naomi pun terbakar
api cemburu karena pujaan hatinya dekat dengan Gevta dan berusaha memisahkan
Gevta dan Sony.
“Gevta, ayo ikut gue!”
seru Naomi sambil menyeret Gevta dan Clara pun juga menyeret Gevta
“Naomi, Clara, lo berdua ngapain sih nyeret Gevta? Kan gue belum selesai ngomong sama dia.” tanya Sony tegas
karena adiknya dibawa kabur oleh Naomi dan Clara. “Eh, malah dibawa kabur nih
anak!”
Sampai di lorong ruang
kelas kampus yang berlokasi di lantai 2, Naomi dan Clara mendorong tubuh Gevta mengenai dinding lorong. Mereka
bersiap-siap untuk merundung Gevta untuk menjauhi Sony.
“Kenapa lo berdua bawa gue kesini? Mau bully gue ya? Gue kan gak ada masalah sama lo berdua.” tanya Gevta
menggerutu.
“Dengar ya cewek miskin, jangan dekat-dekat lagi sama Sony lagi!” ancam Naomi pada Gevta.
“Apa? Enak aja! Bang Sony itu abang gue! Bukan pacar gue! Dasar kakak senior gak punya otak!”
“Et ini maba berani
banget ya ngelawan kita! Bener-bener belagu banget sama kita yang menjabat
sebagai panitia ospek!” hardik Clara.
“Dasar kakak senior pe’a!
Udah tau Bang Sony itu kakak gue! Masih ngeyel aja nih anak!” Gevta menjambak
rambut panjang Naomi yang berwarna coklat dengan kedua tangannya.
“Kurang ajar lo ya!”
Naomi juga menjambak rambut Gevta yang dikuncir dua dengan kedua tangannya.
Gevta dan Naomi saling menjambak rambut mereka membuat Clara kaget. Di sisi lain, Tera, Iman, dan Wima mendengar
sesuatu di lantai 2. Mereka bertiga bertemu Sony dan Anton yang baru keluar
dari toilet mahasiswa dan mencoba melaporkan kepada dua cowok keren di Universitas
Victorious.
“Bang, bang, ada yang
lagi berantem di atas.” lapor Tera pada Sony dan Anton
“Apa? Ada yang
berantem? Mana-mana?” tanya Anton seketika heboh.
“Itu, di atas, bang!”
seru Iman sambil menunjuk ke atas.
“Yuk ah, kita kesana.” sambung Wima sambil mengajak Tera, Iman, Sony dan Anton ke lantai dua.
Sampai di lantai 2,
Sony, Anton, Tera, Iman dan Wima menuju ke lorong kelas kampus sembari melihat perkelahian antara mahasiswa baru dengan panitia ospek. Tiba-tiba Sony dan Anton menghentikan perkelahian antara Gevta dengan kedua panitia ospek tercantik nan modis.
“Hei hei hei, kenapa
lo berdua berantem mulu sih!” sahut Anton sambil menghentikan perkelahian Gevta dan Naomi.
“Kasihan tau si Gevta!” sambung Sony sambil membela Gevta yang kuncir rambutnya berantakan.
“Aduh Sony! Ngapain sih
ngebelain Gevta si cewek miskin?!” protes Clara.
“Diam, Clara! Mending
lo pada bubar aja dah! Jangan berantem lagi sama dia! Kasihan tuh Gevta! Udah
mukanya babak belur, kuncirannya berantakan lagi! Hus hus!” Anton mencoba
mengusir Naomi dan Clara sambil mengibas tangannya.
“Awas lo ya, Gevta!”
ancam Naomi kabur bersama Clara.
***
Sampai di rumah Sony
dan Gevta, Sony, Anton, Tera, Iman, dan Wima berada di kamar Gevta. Gevta
terbaring lemah di atas kasur karena ia habis berkelahi dengan Naomi. Sony
mengompres bagian tubuh Gevta yang memar dan Anton memberi sebotol air putih
untuk Gevta dan Gevta meminum air putih pemberian Anton.
“Ta, kok muka lo jadi
babak belur gitu?” tanya Tera pada Gevta yang rambutnya berantakan.
“Kalo muka lo babak
belur kayak gini, cantiknya hilang loh.” Sambung Iman.
“Tadi gue abis berantem
sama dua kakak senior sok cantik!” jawab Gevta lantang.
“Dua senior sok cantik?
Maksud kamu Naomi dan Clara?” tanya Anton.
“Ya iyalah, siapa lagi.
Kakak senior yang namanya Naomi itu bener-bener cinta mati sama Bang Sony. Dan
dia itu enggak tau kalau gue dan Bang Sony itu kakak adik. Di pikiran cewek yang
namanya Naomi itu kita itu kayak orang lagi pacaran.”
“Hah? Jadi menurut Kak
Naomi, lo sama Bang Sony kayak orang lagi pacaran, gitu?” celetuk Tera. Gevta mengangguk
pelan.
“Gevta, Tera, Iman, Wima,
gue ingetin ya, besok kan hari terakhir ospek, jadi lo semua harus tulis surat
cinta buat kakak-kakak senior favorit lo semua masing-masing.” Anton memberitahu
kepada Gevta dan teman sekolahnya untuk menulis surat cinta untuk senior.
“Oke, bang!” seru Gevta
dan teman sekolahnya bersamaan.
***
Hari ketiga adalah hari
terakhir ospek Universitas Victorious. Dimana mahasiswa baru
yang masih mengenakan peralatan ospek memberi tanda tangan untuk para panitia ospek. Dan juga, memberi surat cinta untuk para panitia ospek favorit mahasiswa baru.
“Ngapain sih pada tanda
tangan ke kakak senior? Emangnya kakak-kakak senior itu artis ya?” Gevta memandang tajam
kepada mahasiswa baru lain yang meminta tanda tangan kepada para senior ospek.
“Gevta, kok lo gak minta tanda tangan ke kakak senior?” tanya Tera pada Gevta yang duduk di taman
kampus.
“Minta tanda tangan ke
kakak senior itu wajib loh! Kalau gak minta tanda tangan ke kakak senior,
bisa-bisanya lo malah dihukum loh.” Sambung Wima.
“Minta tanda tangan ke
mereka? Buat apa?” tanya Gevta lantang.
“Kita harus interaksi
sama kakak senior dengan tanda tangan.” Jawab Iman.
“Yaudah, gue minta tanda
tangan aja ke semua kakak senior.”
Akhirnya, Gevta meminta
tanda tangan kepada para senior-senior ospek bersama teman-temannya. Tak lupa,
Gevta dan teman-temannya memberi surat cinta kepada senior-senior favorit
mereka. Gevta memberi surat cinta untuk Sony, kakak laki-lakinya, Tera memberi surat
cinta untuk Anton, Iman memberi surat cinta untuk Naomi, dan Wima memberi surat
cinta untuk Clara.
“Wah, makasih ya atas
surat cintanya, kamu memang adikku tersayang.” Sony memeluk tubuh Gevta. Naomi
menatap cemburu.
Tiba-tiba, Naomi datang mendekati Sony, Gevta dan teman-temannya, Clara dan Anton ikut menyusul Naomi. Ia dengan sengaja
menampar pipi kanan Gevta demi dekat dengan pujaan hatinya. Gevta memegang pipi kanannya dan ia tak terima
karena kakaknya diperebutkan oleh Naomi.
“Ih, Kak Naomi apa-apaan
sih nampar gue? Mau rebut abang gue lagi, hah? Udah tau dia itu udah punya cewek tau!” Gevta mendengus kesal sambil memegang pipi kanannya.
“Tuh, dengerin kak
perkataannya Gevta, Bang Sony itu udah punya pacar tau! Dasar tukang halu lu!” Tera
menampar balik Naomi.
“Iiiih! Halu itu
apaan sih?” tanya Naomi sambil memegang pipi kirinya yang habis ditampar oleh Tera.
“Halu itu orang yang mengkhayal terlalu tinggi, bodoh! Nggak update lo?” Anton menoyor kepala Naomi.
“Lo sadar gak sih?
Lo itu tukang halu! Ngapain juga lo deket-deket sama gue? Gue tuh udah punya cewek tau! Gue itu abangnya Gevta.” ungkap Sony sambil
mengomel Naomi.
“Hayolo, Naomi. Lo diomelin tuh sama Sony! Minta maaf dulu sama adiknya Sony.” ledek Clara sambil
menyuruh Naomi meminta maaf kepada Gevta.
“Gevta, maafin gue ya,
gue gak tau kalau lo itu adiknya Sony. Gue sangkanya lo sama Sony kayak
lagi pacaran.” Naomi meminta maaf kepada Gevta sambil menjabat tangan.
“Iya deh, gue maafin kok.” Balas Gevta dengan
ikhlas.
“Nah, adem kan
ngeliatnya.” Anton merasa senang karena Gevta dan Naomi berdamai.
Komentar
Posting Komentar