Bawang Merah Bawang Putih (Modern Version) - chapter 2
Sebulan kemudian, Anya
diterima di sebuah Universitas ternama yang berdekatan dengan kantor kakaknya
yaitu Universitas Bina Buana. Sebelum jam kuliah dimulai. Anya duduk sendirian
di meja kantin sambil bermain ponsel. Anya tersentak kaget karena Sisil dan
teman sekelompoknya duduk di meja kantin.
“Ya Allah, kenapa aku
sekampus sama Sisil sih? Aku kan sebenarnya beda kampus sama dia. Kalau aku
sekampus sama Sisil, aku takut di-bully dan dipermalukan oleh sekampus, gimana
nih???” gerutu Anya dengan keringat dingin.
Anya pun kabur dari
kantin. Sesampainya di kelas, Anya duduk di bangkunya dengan jantungnya hampir
copot karena ada sepupunya di kampus. Anya minum seteguk air putih untuk
menghilangkan dahaga. Refan datang dan mendekati Anya yang kelelahan habis berlari
dari kantin kampus.
“Hai, cantik. Kamu
kecapean ya?” Tanya Refan dengan ramah.
“I..iya. Nama kamu
siapa?” jawab Anya kelelahan sambil mengenal Refan.
“Namaku Refan,
cewek-cewek di kampus ini memanggil aku pangeran kampus. Karena disini aku
adalah mahasiswa tertampan, terpopuler, dan berprestasi.”
“Oh, namaku Anya, salam
kenal yah.”
“Anya, nama yang
bagus.”
“Oh, makasih, nama kamu
juga bagus.”
“Boleh minta id line
kamu gak?”
“Boleh, id line aku
anyanuramalina.”
Refan membuka aplikasi
line dan mencari nama ‘anyanuramalina’.
“Wah, foto profilmu
cantik banget, pantesan kamu lebih cantik daripada Sisil.” Refan memandang foto
profil Anya di line.
“Makasih banget yah.
Eh, ada dosen!”
Para mahasiswa duduk di
bangkunya masing-masing, dosen jam pertama pun tiba dan memulai mata kuliahnya.
000
Pada malam hari, kamar
Anya dan Kak Nadia telah didekorasi dengan pernak-pernik serba putih yang lebih
lucu daripada kamar Sisil yang memiliki pernak-pernik serba merah. Sisil masih
di pusat perbelanjaan untuk membantu usaha ibundanya di restoran mewah ternama.
Anya dan Kak Nadia sedang menjaga rumah tantenya. Di kamar mereka, Anya sedang
mengerjakan tugas dan Kak Nadia sedang membaca majalah. Tiba-tiba ada line dari
Refan dari layar ponsel Anya.
‘Refan
: Anya, kamu dimana? Aku ada di depan rumah kamu.’
Tiba-tiba, ada bunyi
ketukan pintu yang terdengar di pintu utama rumah Tante Meira.
“Nya, ada yang
ketok-ketok pintu di luar.” Sahut Kak Nadia yang masih membaca majalah.
“Iya, bentar. Aku mau
keluar dulu, kak.” Anya keluar dari kamarnya.
Refan berada di depan
pintu rumah Tante Meira sambil membawa rangkaian bunga mawar berwarna putih.
Tiba-tiba, Anya membuka pintu rumahnya dan ia terkejut dengan kedatangan Refan
di rumahnya.
“Anya, ayo ikut aku.”
Refan menarik tangan kiri Anya.
Sampai di teras rumah
Tante Meira yang memiliki sebuah kolam renang. Refan ingin menyatakan cinta
kepada Anya.
“Anya, aku jujur banget
sama kamu. Kamu mau gak, jadi pacarku selamanya?” tanya Refan sambil memegang
tangan kiri Anya yang mulus.
“Wah, aku mau banget.
Tapi kalo Sisil masih suka sama kamu, gimana?” jawab Anya sambil bertanya
kepada Refan.
“Tenang aja, Nya. Aku
bakal mutusin dia kok. Mau diterima gak?”
“Mau banget! Yes!”
Akhirnya, Anya menerima
rangkaian bunga mawar putih dari Refan. Setelah ia menerima cintanya dari
Refan. Anya yang memegang rangkaian bunga mawar putih dari Refan masuk ke
kamarnya dan menemui Kak Nadia.
“Kaaaaakk, aku berhasil
ditembak sama Refan!!!” seru Anya dengan hati senang.
“Wah, bagus dong!” Kak
Nadia menepuk tangannya.
“Kakak sendiri punya
pacar gak?”
“Aku sih masih punya
pacar, aku berpacaran sama dia sudah setahun yang lalu.”
“Oh, kalo aku
berpacaran sama Refan, takut gak direstuin.”
“Direstuinnya sama aku
aja yah, kan orangtua kita udah meninggal.”
“Oh, gapapa lah kalo
direstuin sama kakak sendiri.”
000
Pada pagi hari, Anya
libur kuliah dan Kak Nadia juga libur kerja. Sebelum berangkat kerja, Tante
Meira dan Sisil menyiapkan sarapan untuk mereka berdua dan memakannya di meja
makan.
“Kalau sarapan, kalian
bikin sendiri!” perintah Tante Meira.
“Iya, tante.” Jawab
Anya dan Kak Nadia bersamaan.
“Anya, abis aku dan
mama pergi kamu harus beresin seluruh rumah kita, dan kamu jangan
malas-malasan, kamu harus rajin! Mengerti! Awas, jangan berantakan! Kalau
berantakan, aku akan usir kamu dan kakakmu dari rumah ini!” perintah Sisil
sembari meninggalkan rumahnya bersama ibunya.
“Siap, komandan!” seru
Anya.
Setelah Tante Meira dan
Sisil meninggalkan rumahnya, Anya dan Kak Nadia membuat sarapan dahulu sebelum
membereskan seluruh rumah tantenya. Setelah mereka melahap sarapan buatannya,
Anya dan Kak Nadia mulai membereskan rumahnya.
Pekerjaan pertama, Anya
dan Kak Nadia mencuci piring bekas makan Tante Meira, Sisil dan mereka. Setelah
mencuci piring, Kak Nadia mencuci baju dan Anya menjemur baju di lantai tiga
yang merupakan ruang cuci dan jemur. Setelah mencuci dan menjemur baju, Anya
menyapu lantai rumah dan Kak Nadia mengepel lantai rumah.
“Udah berasa kayak
pembantu rumah tangga aja ya kita.” Kak Nadia mulai kelelahan setelah mengepel
lantai.
“Hus! Kak, jangan
ngomong gitu, takut ketahuan sama Tante Meira dan Sisil kalo kita itu jadi
pembantu rumah tangga di rumah ini.” Celetuk Anya juga mulai kelelahan.
“Maaf deh, Nya. Mau
lanjut beresin seluruh rumah gak?”
“Yaudah deh, kita
lanjut aja. Kalo enggak, nanti kita mau diusir sama Tante Meira dan Sisil.”
Anya dan Kak Nadia
melanjutkan aktivitasnya untuk membersihkan seluruh rumah Tante Meira dan Sisil
sampai mereka pulang.
Komentar
Posting Komentar