Bawang Merah Bawang Putih (Modern Version) - chapter 4
Malam hari sudah
menggelap, Mobil yang dikendarai oleh Kak Nadia masuk ke garasi rumah Tante
Meira dan memberhentikannya. Anya dan Kak Nadia turun dari mobil mereka dan
masuk ke dalam rumah Tante Meira. Tante Meira dan Sisil menemui Anya dan Kak
Nadia dengan tatapan sinis.
“Anya, Nadia, tadi
kalian habis ngapain, hah?! Ini sudah malam tau!” omel Tante Meira pada mereka.
“Anu... kita habis main
ke cafe, tante.” Jawab Anya dengan keringat dingin.
“Kamu ke cafe sama
siapa, Anya?” tanya Sisil kasar.
“Aku ke cafe sama
Refan, Sil.”
“Oh, jadi kamu ke cafe
sama bebeb Refan? Enak aja! Refan itu pacarku, jadi kamu gak usah dekat-dekat
sama dia! Dasar anak pembantu!” dengan sengaja, Sisil mendorong tubuh Anya.
Lalu Anya bangkit.
“Sil, sekarang kamu
sama Refan udah putus tau.” Ungkap Kak Nadia pada Sisil yang membawa perasaan.
“Apa? Aku udah putus
sama bebeb Refan?”
“Iya, kamu udah putus
sama Refan udah beberapa bulan yang lalu, kamu lupa ya? Dasar perusak hubungan
orang!” Kak Nadia langsung menampar pipi kanan Sisil. “Denger ya, Sil. Refan
sudah lama pacaran sama Anya dan beberapa bulan lagi Anya dan Refan mau
tunangan.”
“Denger tuh, Sil.
Nasihat dari Kak Nadia, kamu telinganya kemana?” sahut Anya sambil menyambung
kata Kak Nadia.
“Aaaaaaahhh!!!! Gak
mungkin bebeb Refan tunangan sama anak pembantu, aku kesel!!! Pokoknya aku mau
bunuh diri!!!” Sisil meninggalkan Anya dan Kak Nadia dan disusuli oleh Tante
Meira.
“Nih anak baperan mulu
yah.” Sahut Kak Nadia sambil menyindir Sisil.
“Udahlah, kak. Jangan
ngomongin Sisil lagi, mudah-mudahan Sisil bakal ngelupain Refan. Udah, gitu
ajah.”
“Hah? Udah jam 10
malem.” Kak Nadia menatap jam dinding rumah Tante Meira. “Nya, kita tidur yuk,
udah malem. Besok aku kerja dan kamu ngampus”
Anya dan Kak Nadia
masuk ke kamarnya sambil menaruh tasnya, mengganti baju, dan mereka berdua
bergegas ke atas ranjang untuk tidur nyenyak sampai pagi.
000
Pagi yang cerah setelah
sarapan pagi, Anya bersiap-siap pergi ke kampus dan Kak Nadia juga bersiap-siap
pergi ke kantor. Tiba-tiba ada suara tangisan di dalam kamar Sisil. Mereka
mencoba masuk ke kamar Sisil dan di dalam kamar Sisil, Sisil pun menangis
sambil menghabiskan tisu karena pujaan hatinya diambil oleh Anya.
“Sil, kamu kenapa sih?”
tanya Anya sembari mencoba menghibur Sisil yang masih menangis.
“Pasti kamu belum move
on ya dari Refan.” Goda Kak Nadia sambil mendekati Sisil sambil tertawa.
“Hei, kalian berdua
ngapain sih ke kamar aku? Udah sana!” Sisil yang masih menangis sembari
mengusir Anya dan Kak Nadia dari kamarnya.
Anya dan Kak Nadia keluar
dari kamar Sisil dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba, Tante Meira menyuruh Anya
bersih-bersih seluruh rumah lagi. Anya akan melakukannya setelah pulang kuliah
karena ia takut terlambat masuk kuliah.
Beberapa jam kemudian,
Anya dan Kak Nadia sudah sampai di rumah Tante Meira, mereka langsung
membersihkan seluruh rumah lagi. Sampai di kamar Sisil, Anya tidak berani masuk
ke kamarnya dan Kak Nadia memungut tisu bekas tangisan Sisil di kamar Sisil.
“Ini Sisil ngapain sih
ngabisin tisu kita? Ngambil gak dibilang-bilang.” Kak Nadia membuang tisu bekas
Sisil di tempat sampah kamar Sisil.
Setelah membuang tisu
bekas Sisil, Kak Nadia menatap bingkai foto yang bergambar kemesraan Sisil dan
Refan. Kak Nadia mendengus kesal dan membuang bingkai itu ke tempat sampah
dapur. Beberapa jam kemudian, Tante Meira dan Sisil datang ke rumahnya untuk
mencari Anya dan Kak Nadia.
“Nah, adem kan
ngeliatnya.” Tante Meira memandang rumahnya yang rapih.
Di sisi lain, Sisil
menuju ke dapur untuk mengambil minuman yang berwarna merah, tiba-tiba Sisil
memandang bingkai foto kesayangannya di tempat sampah dapur. Alhasil, Sisil
marah besar.
“Hei! Siapa yang buang
foto kesayangan aku???!!!” teriak Sisil. “Anya, sini kamu!”
“Ada apaan sih, Sisil?”
tanya Anya baru keluar dari kamarnya bersama Kak Nadia.
“Siapa yang buang foto
aku dan bebeb Refan? Ngaku aja!”
“Aku yang buang, Sisil.
Kenapa? Masalah?” ungkap Kak Nadia.
“Oh, jadi kamu yang
buang foto aku dan Refan.” Ancam Sisil sambil menarik baju Kak Nadia.
“Sil, apa-apaan sih, sok
preman banget dah kamu!” Kak Nadia melepaskan tangan Sisil. “Intinya, aku benci
dengan hubungan kamu sama Refan, sengaja aku buang foto ini biar kamu gak usah
dekat lagi sama Refan. Orang Refan udah deket sama Anya kok, dan bentar lagi
mau tunangan.”
“Ah, semerdeka kalian
aja dah.” Sisil mengambil bingkai foto kesayangannya dari tempat sampah dapur
dan meninggalkan Anya dan Kak Nadia.
Komentar
Posting Komentar